Cari Blog Ini

Kamis, 06 Maret 2014

COMBUSTIO



LAPORAN PENDAHULUAN
COMBUSTIO ( LUKA BAKAR )


A.      PENGERTIAN
Menurut Arif Mutaqqin (2011) Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk luka-luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (escar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama.
Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh yang disebabkan oleh suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa luka bakar merupakan respon kulit terhadap suatu rangsangan dari luar berupa suhu panas yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan sitem metabolisme tubuh.

B.       ETIOLOGI
Menurut Arif Mutaqqin (2011) Penyebabnya luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputi hal-hal berikut ini :
a.       Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: teko atau minuman).
b.      Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
c.       Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yag disebabkan oleh merokok di tempat tidur.
d.      Benda panas (misalnya radiator).
e.       Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).
f.       Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
g.      Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas.

C.       PATOFISIOLOGI
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m2 pada dewasa. Bila kulit terbakar akan terjadi peningkatan permeabilitas karena rusaknya pembuluh darah kapiler, dan area-area sekitarnya. Sehingga terjadi kebocoran cairan intrakapiler ke intertisial sehingga menimbulkan udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Kulit terbakar juga berakibat kurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit terbakar > 20% dapat terjadi syok hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat, akral dingin, berkeringat, nadi kecil, cepat, TD menurun, produksi urin berkurang dan setelah 8 jam dapat terjadi pembengkakan. Saat pembuluh darah kapiler terpajan suhu tinggi, sel darah ikut rusak sehingga berpotensi anemia. Sedangkan bila luka bakar terjadi di wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena asap, gas, atau uap panas yang terhirup, oedema laring menyebabkan hambatan jalan napas yang mengakibatkan sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak bewarna gelap. Selain itu dapat juga terjadi keracunan gas CO2, karena hemoglobin tidak mampu mengikat O2 ditandai dengan lemas, binggung, pusing, mual, muntah dan berakibat koma bahkan meninggal dunia.
Luka bakar yang tidak steril mudah terkontaminasi dan beresiko terkena infeksi kuman gram (+) dan (-) contohnya pseudomonas aeruginosa di tandai dengan warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Infeksi ysng tidak dalam (non invasif) ditandai dengan keropeng dan nanah. Infeksi invasif ditandai dengan keropeng yang kering, dan jaringan nekrotik.

D.      MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat dilihat berdasarkan derajat luka bakar (Mansjoer : 2000)
1.    Grade I
a.    Jaringan rusak hanya epidermis saja
b.    Klinis ada rasa nyeri, warna kemerahan
c.    Adanya hiperalgisia
d.   Akan sembuh kurang lebih 7 hari
2.    Grade II
a.    Grade II a
1)        Jaringan luka bakar sebagian dermis.
2)        Klinis nyeri, warna lesi merah / kuning.
3)        Klinis lanjutan terjadi bila basah
4)        Tes jarum hiper aligesia, kadang normal.
5)        Sumber memerlukan waktu 7 – 14 hari

b.    Grade II b
1)        Jaringan rusak sampai dermis dimana hanya kelenjar keringat saja yang masih utuh.
2)        Klinis nyeri, warna lesi merah / kuning.
3)        Tes jarum hiper algisia .
4)        Waktu sembuh kurang lebih 14 – 12 hari
5)        Hasil kulit pucat, mengkilap, kadang ada sikatrik
3.    Grade III
a.    Jaringan yang seluruh dermis dan epidermis.
b.    Klinis mirip dengan grade II hanya kulit bewarna hitam / kecoklatan.
c.    Tes jarum  tidak sakit.
d.   Waktu sembuh lebih dari 21 hari.
e.    Hasil kulit menjadi sikratrik hipertrofi

E.       KLASIFIKASI
Menurut Sunita Almatsia, (2004) pengklasifikasian luka bakar adalah sebagai berikut:
a.       Kedalaman Luka Bakar
1).      Derajat I
Adalah luka bakar dimana terjadi kematian pada lapisan atas epidermis kulit disertai dengan pelebaran pembuluh darah sehingga kulit tampak kemerah-merahan
2).    Derajat II
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan epidermis dan dermis sedangkan pembuluh darah dibawah kulit menumpuk dan mengeras. Selain timbul warna kemerah-merahan pada kulit juga timbul gelembung-gelembung pada luka.
3).    Derajat III
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan seluruh epitel kulit (epidermis, dermis, kutis) dan otot pembuluh darah mengalami nombisit.

b.         Luasnya Luka Bakar
Luka bakar dinyatakan dalam persen luas tubuh untuk dewasa, perkiraan luas tubuh yang terkena didasarkan pada bagian tubuh yang t yang terkena menurut “rumus 9” (rule of nine) yang dikembangkan walace (1940), yaitu:
1).      Kepala 9 %
2).      Tubuh bagian depan 18%
3).      Tubuh bagian belakang 18%
4).      Ekstremitas atas 18%
5).       Ekstremitas kanan 18%
6).      Ekstremitas kiri 18%
7).      Organ genital 1%
Total 100%


F.        PATHWAYS

Suhu tinggi, sengatan listrik, bahan kimia, dan radiasi

                                                     LUKA BAKAR


 
                Kerusakan kulit/jaringan                                 asap, gas, uap air yang terhirup                                                                                  
Cedera jaringan kulit   Dilatasi sel permeabilitas   Agen mikroorganisme  Kerusakan mukosa jalan
                                        kapiler menurun                                                      nafas
       Nyeri                                                        Lapisan kulit pelindung                                  
                                    Sodium, Klorida,Na+                   terbuka                                      Oedema laring      
                                       dan protein hilang                                       
                                                                        Resiko tinggi infeksi   Bersihan jalan nafas tidak
                        Dehidrasi jaringan                                                       efektif
                        Resiko kekurangan volume
                                    cairan





G.       PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.     Hitung darah lengkap
Peningkatan MHT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubung dengan perpindahan atau kehilngan cairan. Selanjutnya menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah.
b.  Sel darah putih
Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cidera.
c.    GDA
Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi.
d.   CO Hbg
Peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan  keracunan CO cidera inhalasi.
e.       Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera jaringan / kerusakan SDm dan penurunan fungsi ginjal.
f.     Glukosa serum
Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan.  
g.    Albumin serum
Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress.
h.    BUN kreatinin
Peningkatan BUN menujukan penuruna fungsi- fungai ginjal.
i.      Foto rontgen dada
Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun dengan cidera inhalasi, namun cidera inhalasi yang sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada. 
j.      EKG
Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik
k.    Foto grafi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.




H.      PENATALAKSANAAN
1.    Penanggulangan terhadap shock
2.    Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dilakukan dengan cara : diberikan cairan ringer lactate : 2.5-4 cc/ KgBB/% LB pada 24 jam pertama dan diberikan Dek 5 % inwater : 24 x ( 25+% LLB) XBSA cc pada 24 jam kedua
3.    Mengatasi gangguan pernafasan
4.    Mengatasi infeksi dengan pemberian salep Chlorfomazin dan sulfatul
5.    Pemberian nutrisi
6.    Rehabilitasi

I.         KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering dialami oleh klien luka bakar yang luas antara lain:
1.    Burn shock (shock hipovolemik)
Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka bakar luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.
2.    Sepsis
Kehilangan kulit sebagai pelindung menyebabkan kulit sangat mudah terinfeksi. Jika infeksi ini telah menyebar ke pembuluh darah, dapat mengakibatkan sepsis.
3.    Pneumonia
Dapat terjadi karena luka bakar dengan penyebab trauma inhalasi sehingga rongga paru terisi oleh gas (zat-zat inhalasi).
4.    Gagal ginjal akut
Kondisi gagal ginjal akut dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke ginjal.
5.    Hipertensi jaringan akut
Merupakan komplikasi kuloit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi bias diatasi dengan tindakan tertentu.
6.    Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan.
7.    Dekubitus
Terjadi karena kurangnya mobilisasi pada pasien dengan luka bakar yang cenderung bedrest terus.



J.         DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan karena oedema
2.    Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan kulit
3.    Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi jaringan akibat kehilangan cairan dan elektrolit
4.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya lapisan kulit pelindung

K.      INTERVENSI
1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan saluran pernafasan karena oedema
Intervensi :
a.       Kaji reflek menelan
b.      Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan : perhatikan adanya pucat/sianosis
c.       Dorong batuk/ latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering
d.      Hisapan pada perawatan ekstrem, pertahankan teknik steril.
e.       Selidiki perubahan perilaku/ mental contoh gelisah agitasi, kacau mental
f.       Kolaborasi pemberian O2 melalui cara yang tepat.

2.    Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan kulit
Intervensi :
a.    Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas / beratnya nyeri,  dan factor- factor predisposisi.
b.    Observasi isyarat –isyarat non verbal  dari ketidaknyamanan , khususnya dalam ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
c.    Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
d.   Anjurkan penggunaan tekhnik non farmakologi (ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi,aplikasi panas-dingin, masase, dll).
e.    Berikan anelgetik untuk mengurangi nyeri .



3.    Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi jaringan akibat kehilangan cairan dan elektrolit
Intervensi :
a.    Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
b.    Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik).
c.    Monitor TTV.
d.   Jaga keakuratan pemasukan dan pengeluaran.
e.    Kolaborasi pemberian cairan IV.

4.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya lapisan kulit pelindung
Intervensi :
a.    Kaji faktor yang dapat meningkatkan infeksi.
b.    Monitor sistemik lokasi, tanda dan gejala infeksi dan resiko
     tinggi infeksi.
c.     Anjurkan peningkatan frekuensi istirahat.
d.    Anjurkan peningkatan intake nutrisi.
e.     Monitor apakah pasien mudah terkena infeksi.
f.      Monitor peningkatan granulosit, sel darah putih.
g.    Batasi pangunjung yang menjenguk pasien.














DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.

Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 – 779.

Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya.

Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.

Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.

Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar