CEREBRO
VASKULAR DESEASE / STROKE
A. PENGERTIAN
Suatu
keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak , sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian .(Fransisca B. Batticaca)
Menurut WHO. (1989) Stroke adalah
disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul
secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak
yang terganggu.
B.
PENYEBAB
1. Faktor Predisposisi
a. Hipertensi
b. Anuerisma cerebral
c. Usia lanjut
d. Perokok
e. Obesitas
2.
Faktor
Presipitasi
a. Perdarahan cerebral ( Long,1995 )
C.
KLASIFIKASI
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu
:
a.
Stroke
Haemorhagic
Merupakan perdarahan serebral dan
mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun.
b. Stroke Non Haemorhagic
Dapat berupa iskemia atau emboli
dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder . Kesadaran
umumnya baik.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Kehilangan kesadaran
2. Kejang –kejang
3. Gangguan Respiratori
4. Kekakuan leher
5. Fotopobia
6. Shock
E. PATOFISIOLOGI
Infark
regional kortikal,sub kortikal ataupun infark regional dibatang otak terjadi
karena daerah perdarahan suatu arteri tidak / kurang mendapat aliran darah,
Aliran / suplai darah tidak menjangkau daerah tersebut karena arteri yang
bersangkutan tersumbat atau pecah. Sebagai akibat keadaan tersebut dapat
terjadinya anoksio atau hipoksia. Bila aliran darah ke otak berkurang sampai 24
– 30 ml/ 100gram jaringan, akan terjadi iskemia untuk jangka waktu yang lama
suplai darah kurang dari 16 ml / 100 gram jaringan otak,menyebabkan infark
jaringan otak tyang permanen.
Khusus
pada stroke hemoragik, iskemia jaringan otak yang terjadi adalah karena
perdarahan intraserebral oleh karena pecahnya pembuluh darahotak. Hal ini
terjadi karena anterosklorosis dan hipertensi. Karena ini pada umumnya terjadi
pada usia di atas 50 tahun, Sebagai akibat pecahnya pembuluh darah arteri otak.
Pecahnya pembuluh darah otak akan menyebabkan penekanan,perembesan darah ke
dalam parenkim otak yang dapat meyebabkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak internal tetekan sehingga menyebabkan infark otak,edema
danmungkin terjadi hermiasi otak.
Obesitas Perokok Lansia
Kolesterol
dan lemak penumpukan nikotin
dalam elastisitas pembuluh darah
berlebih
dalam pembuluh pembuluh darah menurun
darah
Aterosklerosis
Hipertensi
Perdarahan Serebral
Pembuluh darah
tersumbat Perembesan
darah ke parenkim otak
Iskemia cerebral Penekanan, pergeseran, dan pemisahan jar
otak
Penurunan
perfusi jaringan serebral Pembengkakan otak
Jaringan
internal otak tertekan
Infark serebral edema otak hemiasi otak
Stroke hemisfer
kiri Stroke
hemisfer kanan
- Hemiparise/hemiplegic sisi ka - hemiparise/hemiplegic sisi ki
Masalah
kep : Masalah
kep :
- Resiko injuri - Resiko injuri
- Kerusakan mobilitas fisik - Kerusakan mobilitas fisik
- Kurang perawatan diri - Kurang perawatan diri
Stroke Serebelum Stroke
batang otak
- Gangguan koordinasi dan keseimbangan - Gangguan bicara dan
kelumpuhan
Masalah Kep : Masalah
Kep :
- Resiko cidera - Gangguan komunikasi
- Kurang perawatan diri
G. PENATALAKSANAAN
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut :
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
Mempertahankan saluran nafas yang
paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering oksigenasi,
kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol
tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi
dan hipertensi.
1. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
2. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
3. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap
2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
c.
Vasodilator
meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
d.
Dapat diberikan
histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
e.
Anti agregasi
thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi
thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
H. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi
ini dapat dikelompokkan berdasarkan :
1. Dalam
hal imobilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan
tromboflebitis.
2. Dalam
hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas, dan
terjatuh.
3. Dalam
hal kerusakan otak : epilepsy dan sakit kepala.
4. Hidrosefalus.
I.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a. Rontgen kepala dan medula spinalis
b. Elektro encephalografi
c. Punksi lumbal
d. Angiografi
e. Computerized Tomografi Scanning ( CT. Scan)
f. Magnetic Resonance Imaging
J.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan gangguan oklusif, hemoragi, vasospasme, serebral edema otak
2. Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan ,parestesia
3. Kerusakan komunikasi verbal dan atau
tertulis berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral
4. Kurang Perawatan diri berhubungan
dengan penurunan kekuatan dan ketahanan
K. INTERVENSI
1. Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan gangguan oklusif, hemoragi, vasospasme, serebral edema otak
Intervensi
:
a. Pantau / catat status neurologist sesering
mungkin dan bandingkan dengan
keadaan normalnya
b. Pantau tanda- tanda vital
c. Letakkan kepala dengan posisi agak
di tinggikan dan dalam posisi netral.
d. Kaji fungsi-fungsi yang lebih
tinggi,seperti fungsi bicara,jika klien sadar.
e. Pertahankan keadaan tirah
baring,ciptakan lingkungan yang tenang
f. Cegah terjadinya mengejan saat
defikasi dan pernafasan yang memaksa.
g. Berikan O2
h. Berikan obat sesuai indikasi
i.
Pantau
pemeriksaan laborat.
2. Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan ,parestesia
Intervensi
:
a. Kaji kemampuan secara fungsional /
luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur
b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam
c. Mulailah melakukan latihan rentang
gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas saat masuk, Anjurkan melakukan
latihan seperti latihan quadrisep/gluteal,meremas bola karet, melebarkan jari-
jari dan kaki/telapak.
d. Tempatkan bantal dibawah aksilla
untuk melakukan abduksi pada tangan.
e. Tinggikan tangan dan kepala
f. Posisikan lutut dan panggul dalam
posisi ektensi
g. Bantu untuk keseimbangan duduk dan
keseimbangan berdiri.
h. Inspeksi daerah kulit yang menonjol
secara teratur,lakukan massage secara hati-hati pada daerah yang kemerahan
i.
Kerjasama
dengan tim kesehatan lain ( Fisioterapi )
j.
Berikan
Obat relaksan otot,anti spasmodic sesuai indikasi
3. Kerusakan komunikasi verbal dan atau
tertulis berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral
Intervensi
:
a.
Kaji
tipe / derajat disfungsi,seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertiaan sendiri
b.
Bedakan
antara afasia dengan disatria
c.
Perhatikan
kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
d.
Mintalah
pasien untuk mengikuti perintah sederhana
e.
Tunjukkan
obyek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut
f.
Mintalah
pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “ Sh” atau “Pus”
g.
Konsultasikan
atau rujuk kepada ahli terapi wicara.
4. Kurang Perawatan diri berhubungan
dengan penurunan kekuatan dan ketahanan
Intervensi
:
a. Kaji kemampuan dan tingkatkan
kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
b. Hindari melakukan sesuatu untuk
pasien yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri
c. Pertahankan dukungan,sikap yang
tegas,beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya
d. Berikan umpan balik yang positif
untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya
e. Kaji kemampuan klien untuk kberkomunikasi
tentang kebutuhannya
f. Identifikasi kebiasaan defikasi
sebelumnya dan kembalikan pada kebiasaan pola normal tersebut. Berikan makanan
dengan kadar serat yang tinggi,anjurkan untuk minum banyak
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C.
(1999). Rencana Asuhan Keperawatan
: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC
http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-stroke.html
5 Maret 2011).