Cari Blog Ini

Jumat, 10 Mei 2013

PENGKAJIAN PADA SISTEM PENCERNAAN


PENGKAJIAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN


1)   Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang
dirasakan  pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan
sistem pencernaan secara umum antara lain:
a.   Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta
pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan
organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST,
sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung
pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
b.   Mual muntah
Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya
selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea) adalah
sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual
disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari saluran GI, tetapi juga
dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di
medulla, bagian samping, atau bagian dari pusat muntah. Muntah merupakan salah
satu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir
semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang,
atau sangat terangsang.
c.   Kembung dan Sendawa (Flatulens).
Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa
yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari
rektm. Sendawa terjadi jika  menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai
lambung. Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering
mengeluh kembung, distensi, atau merasa penuh dengan gas.
d.   Ketidaknyamanan Abdomen
Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan gangguan saraf
lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan
berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di
bawah lambung lebih lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan
yang sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan
atau distress abdomen bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang
merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress
gerakan abdomen ini merupakan gerakan peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi
dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri.
e.   Diare
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat
adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic,
atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau
bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen
mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk
sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba jga mempengaruhi lapisan otot
sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air
dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di
kolon berkuran. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok
hipovolemik dan kelainan elektrolit.
f.   Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi
berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai
penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi
sulit apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila individu mengalami
dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air
yang terserap keluar sewaktu feses berada di usus besar.diet berserat tinggi
mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam
feses dan dengan merangsang peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian,
orang yang makan makanan rendah serat atau makananan yang sangat dimurnikan
beresiko lebih besar mengalami konstipasi. Olah raga mendorong defekasi dengan
merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari -harinya
jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.
2)   Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk
menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya.
Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalahnya dan
bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan
dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Yang perlu dikaji
dalam sistem gastrointestinal:
1.   Pengkajian rongga mulut
2.   Pengkajian esofagus
3.   Pengkajian lambung
4.   Pengkajian intestinal
5.   Pengkajian anus dan feses
6.   Pengkajian organ aksesori
a)   Riwayat kesehatan sekarang
Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya dan
semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan
keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.
Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi bemberikan dampak
terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan?
Pengkajian ini akan memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan
intervensi dalam pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi  pasien. Tanyakan pada
pasien apakah baru-baru ini mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali
dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien
diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika membawanya dan catat
semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat melengkapi pengkajian.
b)   Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang
memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah
sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.
c)   Riwayat penyakit dan riwayat MRS
Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu
ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan,  berapa lama dirawat dan
apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang
pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakit kandung empedu, kolitis
,kanker gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada seluran intestinal  mempunya
predisposisi penting untuk dilakukan rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya
riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan data -data penunjang masalulu seperti
status rekam medis saat dirawat sebelumnya, serta data-data diagnostik dan
pembedahan.
d)   Riwayat penggunaan obat-obatan
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas
maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat
efeksamping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan
mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti inflamasi non-steroid (NSAIDs), asam
salisilat dan kortiko steroid yang memberikan resiko peningkatan terjadinya gastritis
atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan preparat besi atau ferum karna
obatini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman)
atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatik pada saat
melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat efatotoksik atau bersifat
racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan
peraadangan atau keganasan pada hati.
e)   Riwayat alergi
Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau
agen obat pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi  tersebut, apakah
memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.
3)   Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum terhadap
setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis.
a.   Ikterus
Ikterus atau  jaundice  merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan perawat di
klinik dimana konsentrasi biliribin dalam darah mengalami peningkatan abnormal
sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna
menjadi kuning atau kuning kehijauan.
Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin serum
melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala ikterus dapat
terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin, atau ekskresi bilier.
b.   Kaheksia dan atrofi
Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat
menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus  dan
lemah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit yang
terlihat diabnomen dan anggota badan menunjukkan penurunan berat badan yang
belum lama terjadi.
c.   Pigmentasi kulit
Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati,
hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga memproduksi
melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan pigmentasi tipe Addison
(pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris, daerah -daerah yang  tertekan,
dan mulut 
d.   Status mental dan tingkat kesadaran
Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak
terkonpensasi(gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan
kelainan neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung pada etiologi dan faktor-faktor presipitasinya.
Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan mengalami
penuruna kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi kesussakn
hepatoseluler dan  shunting  forto sistemik  akibat struktur hepatik yang terganggu
(keuanya ekstra hepatik dan intara hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini
mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah
portal. Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia, asam
rantai pendek, dan amin.
Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut,
abdomen, rectum dan anus.
1.   Bibir
Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi.
Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya
bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus
menghapus lipstik mereka sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan
karna anemia, sedangkan sianosis desebabkan oleh masalah pernapasan atau
kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi,
iritasi, atau kanker kulit.
2.   Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang
mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat
menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan
harus dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan
berbaring. Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali
struktur rongga mulut.  
Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka mulut,
kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari bersarung
tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri
dan dari atas kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa
normal berkilau merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan
pigmentasi normal,  mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik untuk
menginspeksi adanya interik atau pucat.
3.   Lidah dan dasar mulut
Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut.
Terlebih dahulu pasien harus  merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar.
Perawat mencatat adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal
tersebut dilakukan untuk menguji fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan
lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adan ya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan,
lidah berada digaris tengah.
Pada beberapa keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan
lidah akibat kelemahan otot lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis
dengan tanda khas  triple forroed  . untuk menguji mobilitas lidah, perawat meminta
pasien untuk menaikan lidah keatas dan kesemping. Lidah harus bergerak dengan
bebas.
Dengan menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warna,
ukuran posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna
merah sedang atau merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan
atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar
mulut sangat bersifat faskular. Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat
minginspeksi area-area yang umumnya terkena lesi kanker oral.
Pada pengkajian dasar mulut dengan kondisi klinik dengan trauma mandibula
akan terlihat pada dasar mulut garis patah dari tulang mandibula
»   Kelenjar parotis
Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada daerah
parotis untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan
giginya sehingga otot masseter dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba
dibelakang otot messeter dan didepan  telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta
alkohol daripada penyakit hepar itu sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak, mungkin
akibat sekunder dari toksisitas alkohol dengan atau tanpa
malnutrisi.
4.   Pemeriksaan fisik Abdomen
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan
tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan
manipulasi terhadap abdomen.bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu , maka
dapat mengubah frekuensi dan karakter bising usus.
  Topografi Anatomi Abdomen
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk
menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
1.    Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan
kiri bawah.
2.    Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
   Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
   Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line
abdomen.
  Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan,
umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/suprapubik, dan iliaka kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang  yang agak kurus dapat
terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat
teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran
kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah.
Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba.
Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.
Gambar 1 : abdomen 4 kuadran
Gambar 2 : abdomen 9 kuadran
INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan
seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
a.    Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun
pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan
lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh da rah vena
(obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
b.   Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
c.    Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali,
splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).Gerakan dinding abdomen pada peritonitis
terbatas.
d.    Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.
e.    Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
f.    Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan
gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
g.   Perhatikan juga gerakan pasien:
   Pasien sering merubah posisi → adanya obstruksi usus.
   Pasien sering menghindari gerakan → adanya iritasi peritoneum generalisata.
    Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi →
adanya peritonitis.
    Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri →
adanya pankreatitis parah.
AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising
pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
a.   Mendengarkan suara peristaltik usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan keseluruh
bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara
dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
  Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa sakit (borborigmi).
   Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltik lebih
tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
   Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan
sampai hilang.
   Suara usus terdengar tidak ada
   Hipoaktif/sangat lambat ( misalnya sekali dalam 1 menit )
b.   Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya
pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal,
terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.
    PALPASI
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
a.    Pasien  diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
b.    Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan
untuk menentukan batas tepi organ, digunakan    ujung jari. Diusahakan agar tidak
melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding
abdomen.
c.    Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
d.    Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk
menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati dengan menekan
daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus
relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama
siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.
e.   Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri
berada di bagian pinggang kanan atau  kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian
depan dinding abdomen.
f.    Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.
Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan
cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga
organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat
memantul.Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan
penekanan pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan
lainnya.
g.    Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan
warna kulit di atasnya. Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada
kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan
antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga
hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan  dengan berapa sentimeter di bawah
lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus. Sebaiknya
digambar.
PERKUSI
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara
keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites,  adanya massa
padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung
dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen
yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah h ati
(redup; organ yang padat).
a.   Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk
mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus,
pekak hati akan menghilang.
b.   Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara
perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness
dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien
dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah. Cara pemeriksaan asites:
1.   Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada
satu  sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan
ke sisi yang lain. Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri
pada satu sisi abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada
dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya tekanan
gelombang.
2.   Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur
terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara t impani ke redup pada kedua
sisi. Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat
peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya peralihan suara redup.
5.   Pemeriksaan Rektal Anus
INSPEKSI
Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien disuruh berbaring pada
sisi kirinya dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut  dengan posisi lateral kiri.
Perawat yang mengenakan sarung tangan dan mulai melakukan inspeksi pada anus
dan daerah perianal dengan menyisihkan kedua belah pantatnya. Perawat perlu menilai
adanya konsistensi abnormalitas pada anus, meliputi hal-hal berikut ini:
1.    Fisura-in-ano, Fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup nyeri
sehingga menghambat pemeriksaan rectal dengan jari.  Fisura-in-ano biasanya terjadi
secara berlangsung pada bagian posterior dan garis tengah. Mungkin perlu menyuruh
pasien mengedan agar fisura dapat terlihat
2.    Hemoroid,  merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh darah vena akibat
bendungan vena usus.
3.    Prolaps rekti,  merupakan lipatan sirkum firesial dari mukosa yang berwarna merah
terlihat menonjol dari anus.
4.    Fistel-in-ano,  lubang dari fistel mungkin dapat terlihat, biasanya dalam 4 cm dari anus.
Mulut lubang fistel tampak berwarna merah yang disebabkan jaringan granulasi. Fistel
ini mempunyai hubungan dengan penyakit Crohn.
5.    Karsinoma anus,  dapat terlihat sebagai massa yang terbentuk kembang kol pada
pinggir anus.
PALPASI
Colok anus (Colok dubur). Perawat yang menggunakan ujung jari telunjuk yang
terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada an us. Pasien diminta
bernapas melalui mulut dengan tenaga dan rileks. Dengan perlahan-lahan
meningkatkan tekanan pada jari telunjuk kea rah bawah sampai sfingter terasa agak
lemas. pada saat ini dimasukkan perlahan -lahan kedalam rectum.
Palpasi dinding anterior dari rectum dilakukan untuk menilai kelenjar prostat
pada pria dan serviks wanita. Prostat yang normal merupakan massa kenyal berlobus
dua dengan lekukan sentral. Prostat menjadi semakin keras sesuai umur ang
bertambahdan akan menjadi sangat keras bila  terdapat karsinoma prostat. Massa di
atas prostat atau serviks dapat menunjukkan adanya metastatic.
Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam sehingga dinding lateral kanan,
dinding posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum dapat dipalpasi secara  berurutan.
Kemudian jari dimasukkan sedalam mungkin ke dalam rectum dan perlahan ditarik
keluar menyusuri dinding rectum. Lesi yag lunak, seperti karsinoma rekti yang kecil atau
polip, lebih mungkin teraba dengan cara ini
Setelah jari ditarik keluar, sarung tangan diinspeksi apakah terdapat darah segar
atau melena, mucus atau pus, dan warna dari feses diamati. Hemoroid tidak teraba
kecuali mengalami thrombosis. Timbulnya nyeri yang nyata selama pemeriksaan
menunjukkan kemungkinan fisura anal, abses isiorektal, hemoroid eksternal yang baru
mengalami thrombosis, prokitis, atau ekskoriasi anal.
Penyebab-penyebab dan massa yang teraba di rectum:
1.   Karsinoma rekti
2.   Polip rekti
3.   Karsinoma kolon sigmoid (prolaps ke dalam kavum Douglas)
4.   Deposit metastatic pada pelvis
5.   Keganasan uterus atau ovarium
6.   Keganasan prostat atau serviks uteri (ekstensi langsung)
7.   Endometriosis
6.   Pengkajian organ aksesori
Pengkajian organ aksesori biasanya dilakukan bersamaan dengan peemriksaan
abdomen. Foks pemeriksaan adalah menilai adanya abnormalitas dari organ hati
dengan teknik palpasi-perkusi hati dan memeriksa kondisi abnormalitas, seperti pada
kondisi asites.
a.   Palpasi dan perkusi hati
Hati terdapat dikuadran kanan atas dibawah rongga iga.  Perawat menggunakan
palpasi dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini mendeteksi pembesaran hati.
Untuk memalpasi hati, peraawat meletakkan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan
pasien pada iga kesebelas dan dua belas kemudian memberi tekanan ke atas. Manuver
ini mempermudah perabaan hati dibagian anterior. Dengan jari -jari tangan kanan
mengarah ke tepi kosta kanan, perawat meletakkan tangan diatas kuadran kanan atas
tepat dibawah tepi bawah hati. Pada saan perawat menekan kebawah dan keatas
secara berlahan pasien menarik nafas dalam melalui abdomen. Pada saat pasien
berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati menurun. Hati normal
tidak dapat dipalpasi. Selain itu, hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki teepi
yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat di palpasi, perawat melacak tepiannya
secara medial dan lateral dengan mengulang manuver tersebut.
Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan permukaan
yang  rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas atas dan bawah
hati. Apabila hati tidak teraba, tetapi terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka
perkusi toraks yang dilakukan dengan cepat didaerah kanan bawah dapat
mengakibatkan nyeri tekan  tersebut. Respon pasien kemudian dibandigkan dengan
melakukan pemeriksaan yang serupa pada toraks kiri bawah.
Jika hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan mencat ukuran
dalam jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah pada organ tersebut
terdapat nyeri tekan dan apakah garis bentuknya reguler ataukah ireguler. Apa bila hati
membesar, maka derajat pembesarannya hingga dibawah morga kosta kanan harus
dicatat untuk menunjukan ukuran hati. Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati
tajam dan rata ataukah tumpul dan apakahh hati yang membesar tersebut teraba
noduler ataukah rata. Hati seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras,
sementara hati pasien hepatis teraba cukup lunak dan tepian mudah digerakkan
dengan tangan.
Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi disertai
peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti bahwa pembesaran
tersebut tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan,
sedangkan hati pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut.
Pembesaran hati merupakan gejala abnormal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.Jakarta:EGC
Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:Hipokrates.
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC
Syaifuddin.2009. Anatomi  Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta :
Salemba Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar