LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI RUANG KASUARI
RSUD dr M ASHARI PEMALANG
DISUSUN OLEH :
LUKMAN FEBRIANTO
C1010018
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES BHAMADA SLAWI
2013
TINJAUAN TEORI
A.
PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban
pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai. (Manuaba, 1998)
1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD
pada usia <37 minggu
2. KPD memanjang merupakan KPD selama
>24 jam yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi intra-amnion
Ketuban
dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra
uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran
disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina serviks. (Prawirohardjo, 2002)
Ketuban
pecah dini atau sponkaneous/
early/ premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban
sebsalum partu : yaitu bila pembukaan pada primigravida dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998).
B. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau
oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :
1.
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan
trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan
robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
(Manuaba, 2002).
2.
Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma :
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b.
Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
(Saifudin. 2002)
a.
Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006)
d.
Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
3.
Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak
lintang.
4.
Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (sepalo pelvic disproporsi).
5.
Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6.
Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya
proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan
ketuban pecah.
7.
Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,
kelainan genetik)
8.
Riwayat KPD sebelumya
9.
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10.
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
C.
PATOFISIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect
kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata
berhubungan dengan infeksi (sampai 65%)
High virulensi : Bacteroides ; Low
virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan
kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi
interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi,
terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
(Taylor, 2006)
D.
MANIFESTASI KLINIK
Menurut
Mansjoer ( 2000) Achadiat (2004) manifestasi ketuban pecah dini adalah:
1.
Keluar
air krtuban warna keruh. Jernih,kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau
sekaligus banyak
2.
Dapat
disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3.
Janin
mudah diraba
4.
Pada
pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah kering
5.
Inspekulo:
tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air ketuban
sudah kering
6.
Usia
kehamilan vible (>20 minggu)
7.
Bunyi
jantung bisa tetap normal
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Achadiat (2004)
adalah:
1.
Pemeriksaan
leukosit/WBC, bila >15.000/ml kemungkinan telah terjadi infeksi
2.
Ultrasonografi
(USG) sangat membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak atau persentasi
janin, berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
3.
Monitor
DJJ dengan fetoskoplaennec atau Doppler atau dengan melakikan pemeriksaan atau
kardiotokografi ( bila usia kehamial >32 mmingu).
4.
Memeriksa
adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kassceosa, rambut lanugo/ telah
terinfeksi atau berbau
5.
Inspekulo: lihat dan oerhatikan apakah memang
air ketuban keluar dari kanalis servik dan apakah ada bagian yang sudah pecah
6.
Gunakan
kertas lakmus
Bila menjadi biru (basa): air ketuban
Bila menjadi merah(asam): air kemih (urine)
Bila menjadi biru (basa): air ketuban
Bila menjadi merah(asam): air kemih (urine)
7.
Pemeriksaan
PH forniks posterior pada prom PH adalah basa air ketuban
8.
Pemeriksaan
histopatologi air (ketuban)
9.
Aborization
dan sitologi air ketuban
F.
KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Partus peterm
Persalinan
preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang
dari 2500 gram ( Manuaba, 1998)
3. Prolaps Tali pusat
Tali pusat menumbung
Tali pusat menumbung
4. Distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour atau persalinan kering
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour atau persalinan kering
5. Ketuban
pecah dini merupakan penyebab pentingnya persalinan premature dan prematuritas
janin.
6. Resiko
terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jika persalinan dilakukan
setelah 24 jam onset
7. Hipoplasia
pulmonal janin sangat mengancam janin, khususnya pada kasus oligohidramnion
G.
PENANGANAN MEDIS
a.
Pada kehamilan preterm berupa penanganan
konservatif, antara lain :
1.
Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi
trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah
terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu
2.
Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau
eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7
hari
3.
Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air
ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
4.
Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid,
untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri atas betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali
5.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu,
tidak ada infeksi, tes busa (-): beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu
6.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu,
tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi
sesudah 24 jam
7.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotik dan lakukan induksi
8.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit,
tanda-tanda infeksi intrauterin)
b.
Pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara
lain:
1.
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin,
bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika
dosis tinggi, dan persalinan di akhiri:
· Bila skor pelvik < 5
lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksio sesaria.
·
Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus
pervaginam.
H.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
a. Biodata
klien
berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b. Keluhan utama
:
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering
c. Riwayat
haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
d. Riwayat
Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?
e. Riwayat
Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
f. Riwayat
penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang
g. Riwayat
kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
h. Kebiasaan
sehari –hari
·
Pola nutrisi : pada umum nya klien
dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga
mengalami penurunan
·
Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD
mengalami nyeri pada daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi
terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum)
·
Pola eliminasi : Apakah terjadi
diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter
pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau
tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu
bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
·
Personal Hygiene : Pola mandi,
kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia,
pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
·
Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien
dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan untuk bedresh total
·
Rekreasi dan hiburan : Situasi atau
tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
i. Pemeriksaan Fisik
·
Pemeriksaan umum: suhu normal kecuali
disertai infeksi.
·
Pemeriksaan abdomen: uterus lunak dan tidak
nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang
diharapkan menurut hari haid terakhir. Palpasi abdomen memberikan perkiraan
ukuran janin dan presentasi maupun cakapnya bagian presentasi. Denyut jantung
normal.
·
Pemeriksaan pelvis: pemeriksaan speculum
steril pertama kali dilakukan untuk memeriksa adanya cairan amnion dalam
vagina. Karna cairan alkali amnion mengubah pH asam normal vagina, kertas
nitrasin dapat dipakai untuk mengukur pH vagina. Kertas nitrasin menjadi biru
bila ada cairan alkali amnion. Bila diagnose tidak pasti adanya skuama
anukleat, lanugo, atau bentuk Kristal daun pakis cairan amnion kering dapat
membantu.
·
Pemeriksaan vagina steril: menentukan penipisan dan dilatasi
serviks. Pemeriksaan vagina juga mengidentivikasi bagian presentasi dan stasi
bagian presentasi dan menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat.
j. Pemeriksaan penunjang
·
Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
·
Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5,
darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
·
Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan
air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
·
Pemeriksaan ultrasonografi
(USG)
pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.
pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b/d peredaran karakteristik kontraksi
b. Intoleran aktifitas b/d tirah baring
c. Kurang pengetahuan mengenai prosedur
b/d kurang informasi
d. Ketakutan/ansietas b/d kondisi janin
yang menurun
e. Resiko tinggi infeksi b/d rembesan cairan ketuban
3. FOKUS INTERVENSI
a. Nyeri akut b/d
peredaran karakteristik kontraksi
Tujuan:
-
Pasien
menunjukkan ekspresi wajah rileks
-
Pasien
tidak mengeluh kesakitan
-
Pasien
menyatakan nyerinya berkurang
Intervensi :
1. Kaji keluhan
nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-5), frekuensi, dan waktu.
Menandai gejala nonverbal. Misalnya: gelisah, takikardia, dan meringis.
2.
Dorong pengungkapan perasaan
3.
Berikan aktivitas hiburan, misalnya:
membaca, berkunjung, dan lain-lain.
4. Lakukan
tindakan paliatif, misalkan: pengubahan posisi, massase, rentang gerak pada
sendi yang sakit.
5. Intruksikan
pasien/dorong untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi, relaksasi
progresif, teknik nafas dalam.
b.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan tirah baring
Tujuan : - Mengidentifikasi
faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas
- Memperlihatkan kamajuan
(ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin)
- Memperlihatkan
penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi, tekanan darah,
pernapasan)
Intervensi :
1.
Kaji respon individu terhadap aktivitas
2.
Meningkatkan aktivitas secara bertahap
3.
Ajarkan klien metode penghematan energi untuk
aktivitas.
4.
Instruksikan klien untuk konsulasi kepada dokter
atau ahli terapi fisik untuk program latihan jangka panjang.
5. Rujuk kepada perawat
komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan.
c.
Kurang
pengetahuan mengenai prosedur b/d kurang informasi
Tujuan: - Menggungkapkan pengetahuan tentang prosedur/situasi
Tujuan: - Menggungkapkan pengetahuan tentang prosedur/situasi
- Berpartisipasi dalam prosedur pembuatan ketuban
Intervensi :
Intervensi :
1.
Tinjauan
ulang ketuban terhadap induksi/augmentasi persallin
2.
Jelaskan
prosedur yang akan dirasakan klien,kontraksi dan DJJ adan dipantau secara
kontinus
3.
Tinjau prosedur secara amniotomi
4.
Demontrasikan
dan jelaskan penggunaan peralatatan
d.
Ketakutan/ansietas
b/d kondisi janin yang menurun
Tujuan : - Gangguan sistem dukungan secara efektif
- Menyelesaikan persalinan dengan sukses
Tujuan : - Gangguan sistem dukungan secara efektif
- Menyelesaikan persalinan dengan sukses
Intervensi :
1.
Kaji
status psikologi dan emosi
2.
Anjurkan
untuk mengungkapkan perasaan
3.
Gunakan
berminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menendakan abnormalitas prosedur
atau proses
4.
Anjurkan
penggunaan/tehnik pernafasan
5.
Nyeri
perabaan/perbedaan yang diantisipasi dalam pola persalinan dan kontrasi
6.
Tinjau
ulang atau berikan instruksi tehnik pernafasan sederhana
7.
Anjurkan
klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
e. Resiko tinggi infeksi b/d rembesan cairan ketuban
Tujuan : - Bebas dari proses
infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit
-
Memperlihatkan kemampuan tentang faktor-faktor
risiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang
tepat untuk mencegah infeksi
Intervensi :
1. Identifikasi individu
yang berisiko terhadap infeksi nosokomial
2. Kurangi
organisme-organisme yang masuk ke dalam tubuh
3. Lindungi individu yang
defisit imun dari infeksi
4. Kurangi kerentanan
individu terhadap infeksi
5. Amati terhadap
manifestasi klinik infeksi (mis; demam, urine keruh, drainase purulen)
6. Instruksikan individu
dan keluarga mengenal penyebab, risiko-risiko dan kekuatan penularan infeksi.
7.
Laporkan penyakit-penyakit menular.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar