Cari Blog Ini

Jumat, 09 Desember 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANEMIA

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)




B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien anemia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan
2.      Tujuan khusus
a.       Mengetahui pengertian Anemia
b.      Mengetahui klasifikasi Anemia
c.       Mengidentifikasi penyebab Anemia
d.      Mengetahui patofisiologi Anemia
e.       Mengidentifikasi tanda dan gejala Anemia
f.       Mengetahui manifestasi klinis Anemia
g.      Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia



BAB 2
TINJAUAN TEORI

A.      Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)




B.       Klasifikasi Anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
             1.     Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a.    Anemia aplastik
Penyebab:
1)      Agen neoplastik/sitoplastik
2)      Terapi radiasi
3)      Antibiotic tertentu
4)      Obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5)      Benzene
6)      Infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
1)      Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
2)      Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
3)      Morfologis: anemia normositik normokromik
b.    Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
1)      Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2)      Hematokrit turun 20-30%
3)      Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
c.    Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d.    Anemia defisiensi besi
Penyebab:
1)      Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
2)      Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3)      Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
1)      Atropi papilla lidah
2)      Lidah pucat, merah, meradang
3)      Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
4)      Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e.    Anemia megaloblastik
Penyebab:
1)      Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2)      Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3)      Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
             2.     Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a.       Pengaruh obat-obatan tertentu
b.      Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
c.       Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d.      Proses autoimun
e.       Reaksi transfusi
f.       Malaria
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT
WHO
NCI
Derajat 0 (nilainormal)

Derajat 1 (ringan)
Derajat 2 (sedang)
Derajat 3 (berat)
Derajat 4 (mengancam jiwa)
> 11.0 g/dL

9.5 - 10.9 g/dL
8.0 - 9.4 g/dL
6.5 - 7.9 g/dL
< 6.5 g/dL
Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
10.0 g/dL - nilai normal
8.0 - 10.0 g/dL
6.5 - 7.9 g/dL
< 6.5 g/dL

C.  Etiologi
1.      Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2.      Perdarahan
3.      Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4.      Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1.      Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2.      Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3.      Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4.      Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5.      Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6.      Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7.      Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8.      Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D.      Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

E.  Tanda Dan Gejala
        1.     Lemah, letih, lesu dan lelah
        2.     Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
        3.     Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
        4.     Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
        5.     Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
        6.     Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP
           7.  Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare).

F.     Kemungkinan Komplikasi Yang Muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
               1.        gagal jantung
               2.        kejang
               3.        Perkembangan otot buruk ( jangka panjang)
               4.        Daya konsentrasi menurun
               5.        Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.



G.      Pathway Anemia (Patrick Davey, 2002)
Description: Pathway Anemia

H.      Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang
1.    Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
2.    Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3.    Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

I.         Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1.      Anemia aplastik:
a.       Transplantasi sumsum tulang
b.      Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.      Anemia pada penyakit ginjal
a.       Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b.      Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.      Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.      Anemia pada defisiensi besi
a.       Dicari penyebab defisiensi besi
b.      Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.


5.      Anemia megaloblastik
a.       Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b.      Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c.       Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

J.        Diagnosa Keperawatan Dan Masalah Kolaborasi Yang Mungkin Muncul
1.      Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3.       Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4.       Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5.       Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6.       Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
7.       Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
8.       Keletihan b.d anemia


K.    Perencanaan Keperawatan
             1.     Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
Tujuan : -     Membran mukosa merah
-     Konjungtiva tidak anemis
-     Akral hangat
-     Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
-          Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
-          Monitor adanya paretese
-          Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi
-          Gunakan sarun tangan untuk proteksi
-          Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
-          Monitor kemampuan BAB
-          Kolaborasi pemberian analgetik
-          Monitor adanya tromboplebitis
-          Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
             2.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
Tujuan :
-          Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-          Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan
-          Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-          Tidk ada tanda tanda malnutrisi
-           Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
-          Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
-          Pemasukan yang adekuat
-           Tanda-tanda malnutrisi
-          Membran konjungtiva dan mukos tidk pucat
-           Nilai Lab.:
Protein total: 6-8 gr%
Albumin: 3.5-5,3 gr %
Globulin 1,8-3,6 gr %
HB tidak kurang dari 10 gr %
Intervensi :
-          Kaji adanya alergi makanan
-          Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
-          Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
-          Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
-          Berikan substansi gula
-          Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-          Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
-          Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
-          Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
-          Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
-          Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
-          BB pasien dalam batas normal
-          Monitor adanya penurunan berat badan
-          Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
-          Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
-          Monitor lingkungan selama makan
-          Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan
-          Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
-          Monitor turgor kulit
-          Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
-          Monitor mual dan muntah
-          Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
-          Monitor makanan kesukaan
-          Monitor pertumbuhan dan perkembangan
-          Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
-          Monitor kalori dan intake nuntrisi
-          Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
-          Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
             3.      Defisit perawatan diri b.d kelemahan
Tujuan :
-          Klien terbebas dari bau badan
-          Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
-          Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
Intervensi :
-          Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
-          Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
-          Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
-          Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
-          Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
-          Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
-          Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
-          Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari. 
             4.      Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
Tujuan :
-          Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
-          Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
-          Jumlah leukosit dalam batas normal
-          Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
-          Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
-          Pertahankan teknik isolasi
-          Batasi pengunjung bila perlu
-          Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
-          Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
-          Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
-          Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
-          Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
-          Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
-          Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
-          Tingktkan intake nutrisi
-          Berikan terapi antibiotik bila perlu
             5.      Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan :
-          Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dgn TD, HR, RR yang sesuai
-          Menyatakan gejala memburuknya efek dari OR&menyatakan onsetnya segera
-          Warna kulit normal,hangat dan kering
-          Memverbalisa-sikan pentingnya aktivitasseca-ra bertahap
-          Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan latihan dan istirahat
-          Peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :
-          Menentukan penyebab intoleransi aktivitas&menentukan apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi
-          Observasi adanya pembatasan klien dalam beraktifitas.
-          Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien sehari-hari
-          Meningkatkan aktivitas secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dapat perubahan posisi, berpindah & perawatan diri
-          Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap. Monitor gejala intoleransi aktivitas
-          Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala intoleransi spt mual, pucat, pusing, gangguan kesadaran&tanda vital
-          Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat menoleransi aktivitas
-          Bantu klien memilih aktifitas yang mampu untuk dilakukan
             6.      Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
Tujuan :
-          Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
-          Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
-          Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-          Tanda tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
-          Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
-          Pertahankan jalan nafas yang paten
-          Atur peralatan oksigenasi
-          Monitor aliran oksigen
-          Pertahankan posisi pasien
-          Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
-          Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
             7.      Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
Tujuan :
-          Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-          Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-          Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi :
-          Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
-          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-          Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
-          Pasang mayo bila perlu
-           Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-          Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-          Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-          Lakukan suction pada mayo
-          Berikan bronkodilator bila perlu
-           Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
-          Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.


             8.     Keletihan berhubungan dengan anemia
Tujuan :
-          Kemampuan aktivitas adekuat
-          Mempertahankan nutrisi adekuat
-          Keseimbangan aktivitas dan istirahat
-          Menggunakan teknik energi konservasi
-          Mempertahankan interaksi sosialMengidentifikasi faktor-faktor fisik dan psikologis yang menyebabkan kelelahan
-          Mempertahankan kemampuan untuk konsentrasi
Intervensi :
-          Monitor respon klien terhadap aktivitas takikardi, disritmia, dispneu, pucat, dan jumlah respirasi
-          Monitor dan catat jumlah tidur klien
-          Monitor ketidaknyamanan atauu nyeri selama bergerak dan aktivitas
-          Monitor intake nutrisi
-          Instruksikan klien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala kelelahan
-           Jelakan kepada klien hubungan kelelahan dengan proses penyakit
-          Catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan
-          Anjurkan klien melakukan yang meningkatkan relaksasi
-          Tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas


BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN TN. R DENGAN ANEMIA

A.    Pengkajian
Tanggal pengkajian : 03 November 2014
I.     Identitas pasien
Nama               : Tn. R
Umur               : 54 Tahun
Alamat                         : Kayen Pati Rt. 06 Rw. 02 Kayen Kec. Kayen Kab. Pati
Suku                : Jawa
Bangsa                         : Indonesia
Pekerjaan         : Wiraswasta
Agama                         : Islam
Tanggal masuk            : 23-10-2014
No. RM                       : C502981
Diagnosa keperawatan : Anemia
II.  Identitas penanggung jawab
Nama               : Ny. S
Umur               : 49 Tahun
Pekerjaan         : Wiraswasta
Alamat             : Kayen Pati Rt. 06 Rw. 02 Kayen Kec. Kayen Kab. Pati
Hubungan dengan pasien : Istri
III.    Riwayat kesehatan
a.    Keluhan utama
Pasien mengatakan merasa lemah

b.    Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit RSUP Dr. Kariadi pasien dirawat di RSUD Pati dengan keluhan perut membesar, pusing dan badan lemah selama 10 hari. Saat dirawat di RSUD Pati Soemoto tidak ada perubahan pada kondisi kesehatannya sehingga pasien dibawa ke RSUP Dr. Kariadi untuk dilakukan perawatan lebih lanjut dan dirawat di ruang rajawali 3B sampai saat ini.
c.    Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami sakit sampai perutnya membesar dan sampai dirawat dirumah sakit.
d.   Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki penyakit menular dan penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes dan lainnya.
IV.   Pola fungsi kesehatan menurut Gordon
a.    Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan tidak mengetahui jika sakitnya ini akan sampai dirawat dirumah sakit karena hanya sakit biasa. Biasanya saat sakit pasien hanya membeli obat-obatan yang ada diwarung.
b.    Pola nutrisi metabolik
Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan lauk yang disediakan oleh istrinya, seperti sayur-sayuran, ikan, daging dan buah. Pasien habis 1 porsi. Minum sebanyak 6-7 gelas sehari.
Selama sakit pasien mengatakan tidak nafsu untuk makan karena mulutnya merasa pahit. Makanan yang disediakan oleh rumah sakit tidak habis hanya makan 2 sendok saja dan minum sebanyak 4-5 gelas sehari.
c.    Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien mengatakan BAB pasien lancar sebanyak 1x sehari dengan konsistensi lembek dan BAK sebanyak 5-6 kali sehari dengan warna kuning dan bau khas.
Selama sakit pasien mengatakan BAB sebanyak 1x sehari dengan konsistensi lembek dan kecil-kecil dan BAK pasien sebanyak 5-6 kali sehari dengan warna kuning dan bau khas obat.
d.   Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit pasien mengatakan selalu melakukan kegiatan sehari-hari bekerja dan melakukan aktivitasnya sendiri tanpa dibantu orang lain seperti mandi, ketoilet, berpakaian dan makan.
Selama sakit pasien mengatakan semua aktivitas yang biasa dilakukan sekarang selalu dibantu oleh istrinya karena pasien merasa lemah tidak kuat untuk melakukan aktivitasnya sendiri seperti ketoilet, berpakaian, makan dan saat berjalan pasien merasa ingin jatuh.
e.    Pola istirahat tidur
Sebelum sakit pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak saat malam hari dari jam 21.00 sampai jam 05.00 pagi dan tidur siang terkadang 1 jam dan juga tidak tidur.
Selama sakit pasien mengatakan tidurnya kurang nyenyak dan pada siang hari pasien tidak dapat tidur karena terkadang ramai.
f.     Pola kognitif sensori dan persepsi
Pasien mengatakan sebelum sakit penglihatannya baik dan pendengarannya juga masih baik tidak ada gangguan dalam penglihatan dan pendengarannya.
Selama sakit pasien mengatakan penglihatan dan pendengarannya masih baik.
g.    Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien mengatakan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan masalah sakit yang diderita pasien percaya akan segera sembuh dan pulang bersama keluarga lagi.
h.    Pola peran dan hubungan.
Sebelum sakit pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya sangat baik karena pasien orang yang bermasyarakat dilingkungan dan dengan tetangga dirumahnya.
Selama sakit pasien mengatakan tidak dapat berkumpul dengan keluarganya karena hanya dirumah sakit. Namun saat sakit pasien dijenguk oleh tetangga dan saudara yang ada dirumah.
i.      Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam hubungan seksualnya. Selama sakit pasien tidak melakukan hubungan seksual dengan istrinya karena sedang sakit
j.      Pola koping dan toleransi stres
Pasien mengatakan segala penyakit pasti akan sembuh dan pasien selalu sabar menghadapi sakit yang diderita sekarang ini.
k.    Nilai keyakinan
Sebelum sakit pasien mengatakan selalu shalat 5 waktu walaupun masih ada yang kurang.
Selama sakit pasien mengatakan tidak pernah shalat 5 waktu karena kondisi pasien lemah dan harus istirahat total diatas tempat tidur.

V.  Pemeriksaan fisik
a.    Keadaan umum : Lemah
b.    Tingkat kesadaran : Compos mentis
c.    GCS : E4 V5 M6
d.   Tanda-tanda vital
     TD  : 110/70 mmhg
     N     : 96x/menit
     S     : 36,3ºC
     RR  : 20xmenit
e.  - Kepala      : Bentuk kepala mesocepal, tidak ada benjolan dan luka jahitan
     - Rambut    : Bersih, tidak ada ketombe dan pendek
     - Mata        : Penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik
     - Hidung     : Bentuk simetris, bersih dan tidak ada polip
     - Mulut       : Bersih, mukosa bibir lembab, dan tidak ada karies gigi
  - Telinga      : Bentuk simetris, pendengaran baik, bersih dan tidak ada   serumen.
f. Thorak
-   Jantung
     I      : Bentuk dada simetris,tidak ada luka jahitan dan benjolan
     P     : Ekspansi paru kiri dan kanan sama, dan vokal premitus sama
     P     : Sonor
     A     : Vesikuler
-       Paru
     I      : Bentuk dada simetris,tidak ada luka jahitan dan benjolan
     P     : Iktus kordis teraba dan tidak ada nyeri tekan
     P     : Pekak
     A     : Suara BJ I dan BJ II murni tidak ada bunyi tambahan
g.    Abdomen
     I      : Bentuk normal,tidak ada luka jahitan dan benjolan.
     A     : Bising usus 12x/menit
     P     : Timpani
     P     : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran hati.
g.    Ekstremitas
- Atas        : Tangan kiri pasien terpasang infus NaCl 20tpm, turgor kulit baik CRT < 2 detik
    - Bawah       : Tidak ada luka , tidak ada lesi, dan tidak ada oedem.


VI.                       Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
No
Jenis pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
1
Hemoglobin
5.1 g/dl
13.00-16.00
2
Hematokrit
12.8 %
40-54
3
Eritrosit
1.3  10^6/ul
4.4-5.9
4
MCH
39.5 pg
27.00-32.00
5
MCV
99.2 fl
76-96
6
MCHC
39.8 g/dl
29.00-36.00
7
Leukosit
169.0  10^3/ul
3.8-10.6
8
Trombosit
13.0  10^3/ul
150-400
9
RDW
25.4 %
11.60-14.80
10
MPV
8.1 fl
4.00-11.00
11
Albumin
2.5 g/dl
3.4-5.0

Therapi
                       1.     Infus NaCL 20tpm
                       2.     Ceftriaxone 2 gr/24 jam
                       3.     PCT 500 mg/8jam

B.     Analisa Data
Hari/tgl
Data
Problem
Etiologi
Ttd
Senin
3/11/2014
Ds :
- pasien mengatakan merasa lemah
 - Pasien mengatakan merasa letih
Do:
- pasien tampak lemah
- Pasien kelihatan pucat
-  TD : 110/70mmhg
-   N : 96x/menit
-   S : 36.6ºC
-   R : 20x/menit

Intoleransi aktivitas
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan keseluruh tubuh
umar khasan

C.    Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan keseluruh tubuh.

D.    Intervensi
No
Diagnosa
Kriteria & hasil
Intervensi
Rasional
1
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan keseluruh tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
-     Peningkatan aktivitas sehari-hari
-     Td masih dalam rentang normal
1.    Kaji kemampuan ADL pasien


2.    Kaji kehilangan atau gangguan gangguan keseimbangan gaya jalan dan kelemahan otot

3.    Observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas





4.    Berikan lingkungan tenang , batasi pengunjung

5.    Anjurkan pasien untuk istirahat bila kelelahan dan kelemahan
1.    Memepengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2.    Menunjukan perubahan neurology karena defisiensi vit. B12


3.    Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru membawa O2 adekuat kejaringan

4.    Meningkat istirahat untuk menurunkan kebutuhan O2 tubuh
5.    Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot tanpa kelelahan



E.     Implementasi
No
Hari/tgl
Implementasi
Respon
TTD
1
Senin 03/11/2014
1.      Mengkaji kemampuan ADL pasien




2.      Mengobservasi tanda-tanda vital pasien



3.      Memberikan lingkungan yang tenang dengan membatasi pengunjung



4.      Menganjurkan pasien untuk beristirahat jika kelelahan atau kelemahan
Ds :
-    pasien mengatakan tubuhnya lemah sulit untuk beraktivitas
Do :
-     Pasien tampak bedrest ditempat tidur
Ds : -
Do :
-     TD : 120/70mmhg
-     N : 96x/menit
-     S : 36.8ºC
-     R : 22x/menit
Ds :
-     Pasien mengatakan tidak dapat beristirahat karena suasan yang ramai.
Do :
-     Pasien tampak mengantuk
Ds :
-     Pasien mengatakan lemah
-     Pasien mengatakan letih
Do :
-     Pasien tampak lemah pasien tampak pucat
Umar khasan




F.     Evaluasi
No
Hari/tgl
Diagnosa
Evaluasi
Ttd
1
senin
03/11/2014
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan keseluruh tubuh
S :
-      pasien mengatakan tubuh pasien masih lemah
-     Pasien mengatakan tidak dapat beristirahat karena suasan yang ramai.
-     Pasien mengatakan lemah
-     Pasien mengatakan letih
O :
-     Pasien tampak bedrest ditempat tidur
-     TD : 120/70mmhg
-     N : 96x/menit
-     S : 36.8ºC
-     R : 22x/menit
-     Pasien tampak mengantuk
-     Pasien tampak lemah pasien tampak pucat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Umar khasan



BAB 4
PEMBAHASAN

1.    Pembahasan
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

Penyakit yang diderita oleh Tn. R yaitu Anemia yang menyebabkan kelemahan pada seluruh anggota tubuh pada Tn. R yang mengakibatkan gangguan pada pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan  kebutuhan keseluruh tubuh sehingga mengakibatkan tidak dapat melakukan aktivitas dan menjadikan kondisi Tn. R lemah. Biasanya ditandai dengan gejala seperti Lemah, letih, lesu dan lelah, sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada). Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang). Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare).


BAB 5
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

2.    Saran
Bagi pembaca agar makalah ini dapat berguna dan dapat digunakan untuk bahan referensi dan apabila ada kekurangan mohon maaf karena penulis masih dalam tahap belajar.



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :